Minggu, 14 September 2014

Budak Nafsu 2

Tak lama suamiku kembali, Dia mengabarkan bahwa bibit baru akan tiba besok. Tapi dia harus segera ke perkebunan, karena harus memberikan instruksi kepada para pekerjanya. Suamiku hendak melakukan perluasan kebun.

Dia menginstruksikan agar Udin tinggal dulu menunggu datangnya bibit. Segera setelah bibit datang, dia harus menyusul ke perkebunan. Suamiku memberi uang kepada Udin untuk menyewa mobil pick up langganan.

Setelah makan siang, suamiku berangkat ke perkebunan menyetir sendiri. Bejo yang tidak punya kegiatan mengurung diri di kamar, mungkin istrahat, karena mulai dari semalam dia sibuk ‘bekerja’.
Kedua putriku belum pulang dari sekolah, karena mereka lanjut dengan kegiatan ekstrakulikuler. Anak sekolah sekarang memang waktunya  lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah.

“Bu, aku pamit dulu mau belanja minyak, udah habis,” Surti menghampiriku.

“Uang belanja masih cukup?” tanyaku.

“Masih Bu.”

“Ijah mau kemana?” tanyaku melihat Ijah berpakaian rapi.

“Ke sekolahan Bu, tadi neng Winda telpon, dia lupa bawa peralatan ekskulnya,” jawab Ijah.

“Hmm..,  ya sudah, cepat pulang ya?” tukasku. Sekolah kedua putriku memang tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 5 menit jalan kaki.

Sepeninggal kedua pembantuku, aku menyibukkan diri di dapur. Memeriksa persediaan makanan, siapa tau masih ada yang kurang.

“Surti dan Ijah kemana Bu?” tiba tiba terdengan pertanyaan.

Aku tersentak kaget, “Lagi keluar, kamu ngagetin aja.” Tukasku.

“Maaf Bu,” katanya pelan.

“Kamu selalu minta maaf, tapi kelakuanmu selalu mengejutkan,” semprotku.

Udin hanya tertunduk. Kesempatan itu kugunakan untuk memperhatikannya dengan seksama. Udin benar benar pria yg biasa saja. Badannya sawo matang, tanda sering terpanggang matahari. Badannya memang kekar, tapi tubuhnya tidak tinggi tinggi amat. Dia malah lebih pendek dari suamiku yang 170 cm.

Yang mengagetkan darinya hanya ukuran penisnya yang luar bias. Besar dan panjang. Aku baru melihatnya, walau hanya dari samping, ketika dia asyik menggenjot Ijah dari belakang di ruang atas.

“Coba ceritakan, bagaima awalnya km sampai bisa memakai Surti dan Ijah? Apakah mereka tidak saling mengetahui?” tanyaku blak blakan.

“Awalnya, aku bermaksud ngobrol ke kamar mereka. Kulihat pintu tidak terkunci, aku nyelonong aja. Dan, ternyata mereka berdua sedang bercumbu,” ungkap Udin dengan polos.

“Apa? Km jangan bohong ya? Fitnah itu dosa tau?” aku benar benar terperanjat mendengar pengakuan Udin.

“Benar Bu, aku tidak bohong, Surti dan Ijah memang pasangan lesbi, eh, tapi mereka bisa juga dengan laki laki, buktinya pada punya suami,” tandas Udin.

Sejenak aku termangu mendengar kenyataan itu. Sungguh, sedikitpun tidak pernah terlintas di benakku kalo Surti dan Ijah biseks. Memang selama ini mereka sangat akrab, tapi kupikir itu hanya keakraban dua wanita yang senasib sepenanggunan.

“Awalnya kalian langsung main bertiga? Apa kamu kuat?” tanyaku konyol.

“Kuat aja Bu, dari dulu emang kuat Bu,” jawab Udin sambil tersenyum kecil.

“Bagaimana ceritanya kalian jadi main bertiga?” Tanya semakin ngawur.

“Mereka memintaku untuk tidak membocorkan rahasia, aku setuju dengan syarat mereka mau main denganku. Awalnya mereka keberatan, tapi aku meminta sambil melancarkan sentuhan sentuhan kecil, eh, lama lama mereka menikmatinya, akhirnya ya kejadian Bu,” tutur Udin terus terang.

“Sentuhan kecil? Seperti apa itu?” tanyaku ga habis piker.

“Seperti ini Bu, eh, maaf, aku praktekin sedikit ya Bu,” ujar Udin sambil mendekat.

“Jangan kurang ajar ya! Aku ini majikanmu!” bentakku.

“Maaf Bu, bukan mau kurang ajar, hanya utk menunjukkan bagaimana aku menyentuh mereka, biar Ibu tidak penasaran,” ujar Udin sambil mundur.

Aku hampir membentaknya lagi, tapi, tiba tiba kepikiran, emang seperti apakah sentuhan kecil itu? Lalu, sambil menatap tajam, “Ya udah, coba gimana sentuhanmu, tapi awas, jangan kelewatan, awas lo,” ancamku.

Tanpa berkata apa apa, Udin mendekatiku dari arah belakang. Lalu jarinya mengusap punggungku pelan. Terus membelai kearah tengkuk, dan .. serr, aku merinding!

“Ihh .., koq jadi begini sih?” aku terloncat kaget ..

“Udah, aku mau kerja, kamu pergi ngurusin apa kek sana,” usirku dengan jantung berdebar. Pantesan dia bisa menggarap kedua pembantuku, ternyata jelek jelek begitu mengerti daerah sensitive wanita juga.

Udin beranjak pergi.

…………………………………………….

Aku termenung di dapur. Hanya berdiri sambil tangan bertelekan di meja. Usapan yang hanya sebentar itu seperti sengatan listrik, mengagetkan!

Ternyata Udin yang bertampang kasar dan udik itu bisa juga memancing birahi wanita. Kukira, setelah dua kali memergoki persetubuhannya dengan kedua pembantuku, dia hanyalah seorang lelaki buas dan liar di ranjang.

Aku jadi terbayang bayang sendiri, bagaimana rasanya didekap dengan lembut namun lama lama menjadi kasar, liar dan buas? Pasti birahiku yg selama ini terpendam akan meletu keluar.

Tiba tiba, entah bagaimana, Udin sudah ada di belakangku. “Apa Ibu tidak ingin tau lebih jauh?” ujarnya sambil merapatkan tubuhnya ke belakangku. Aku tersentak kaget tapi tidak berusaha menghindar. Terasa sesuatu yang keras di selangkangan Udin menempel pada belahan pantatku.

“Kamu mau apa? Kan sudah kusuruh pergi?” ucapku tapi dengan suara lemah ..

“Aku hanya ingin menuntaskan yang tadi Bu,” bisik Udin di belakangku sambil menggoyang pinggulnya, otomatis belahan pantatku serasa dijejali sesuat yang hangat, panjang dan keras.

“Akh, km tidak boleh begini, aku ini nyonya majikanmu,” erangku dengan nada kurang menyakinkan ..
“Ibu diam aja,” bisik Udin dengan nafas memburu di leherku. Sementara tonjolan di selangkangannya menekan belahan pantatku. Aku meronta, tidak terima diperlakukan seperti oleh pembantuku sendiri.

“Jangan kurang ajar,” desisku. AKu hampir tidak percaya mendengar suaraku sendiri. Maksud hati ingin membentak dengan suara keras namun yang terlontar hanya desisan. Seolah tidak mendengar protesku, tangan Udin lalu merengkuh kedua belah payudaraku. Meremas remas dengan gemas.

Ini sudah keterlaluan, harus segera dihentikan, pikirku panic. Aku berbalik sambil mengibaskan kedua tangannya. Udin terlihat kaget, maun berusaha menenangkan diri.  “Kamu piker apaku siapa? Beraninya kamu memperlakukan aku seperti ini?” ujarku tertahan namun sama sekali tidak dengan nada marah.

Sekarang kami berhadap hadapan dengan jarak yang sangat rapat, nyaris menempel. Tiba tiba Udin memelukku erat erat, menghimpit tubuh sintalku dan menempelkan tonjolan kelaminnya di selangkanganku.

“Ap..a yanghh..km lak..,” ujarku sebelum terdiam oleh lumatannya. Aku benar benar kaget, tak kusangka Udin seberani ini. Dengan ganas dia menyedot nyedot bibir dan lidahku sampai terdengar bunyi kecipak. Tangan kirinya merengkuh pinggangku sementara tangan kanannya meremas remas susuku yang besar dan kenyal.

Selangkangannya yang menonjol oleh kontolnya yang membesar ditempelkan rapat rapat ke selangkanganku. Aku benar benar bingung menghadapi situasi yang tidak disangka sangka ini. Aku, nyonya majikan yang cantik jelita sedang dicumbui pembantuku sendiri di dapur ..

Dengan sisa perlawanan terakhir, aku meronta seraya membalikkan badan menghindari cumbuan yang membuatku mengalami rasa sensasi aneh .. Tapi Udin sepertinya sudah bertekad tidak akan melepaskanku ..

Lidahnya menjulur menggelitik leherku, sambil tangannya entah bagaimana kembali sudah merengkuh kedua belah payudaraku.

Aku hanya merintih tanpa mengatakan apa apa lagi. Membiarkan Udin menggoyang goyangkan selangkangannya di pantatku sambil tangannya meremas remas susuku. Untuk beberapa saat kami terdiam dengan posisi itu. Lalu, dengan sedikit menyentak Udin membalikkan tubuhku dan langsung melumat bibirku. Tangannya juga aktif meremas susuku sambil selangkangannya menggoyang di bawah.

Gila, aku mandah saja diperlakukan seperti ini. Otakku seperti tidak bisa menalar. Entah apa yang sudah diperbuat Udin kepadaku. Udin mulai mendengus sambil memepet aku ke dinding. Tangannya menaikkan dasterku ke atas, sampai tubuh bagian bawahku yang putih mulus terpampang membuat matanya melotot semakin bernafsu.

Dengan ganas dia mencengkram pangkal pahaku. Meremas buah pantatku. Mengusap usap bahkan memilin selangkanganku. Sementara lidahnya seperti tidak puas puasnya menjelajah rongga mulutku.
Tampak tangannya yg hitam dan kasar mencengkram gundukan memekku. Permainannya kasar, tapi entak kenapa aku  semakin horny.

Udin menaikkan braku, lalu dengan buas langsung melahap susuku. Aku hanya bisa merintih, Udin benar benar liar. Sambil mengenyot puting susuku tangannya sibuk meremas pantatku. Lalu tangan kanannya memelorotkan celana dalamku ..

Seperti terburu buru, dia lalu membuka sleting celananya dan menurunkan sampai paha. Lalu kembali menekanku ke dinding sambil mengacungkan kontolnya ke selangkanganku. Sepertinnya langsung pas karena tinggi tubuhku tidak begitu jauh dengannya.

“Jangan dimasukin,” aku tersentak begitu kontol Udin sudah menempel di pintu vaginaku. Aku menggoyang pantatku ketika Udin mendorong kontolnya, membuat rudal yang besar dan panjang itu terpeleset di belahan vagina yang mulai basah itu.

Udin kembali mengarahkan kontolnya. Kembali aku menggoyang pantatku sehingga untuk beberapa saat Udin selalu tergelincir. Dengan tidak sabar tiba tiba Udin mencengkeram kedua belah pinggulku. Sekarang aku tidak leluasa lagi bergerak ketika Udin mengacungkan batang kontolnya. Kembali kepala kontol Udin menyeruak bibir vaginaku.

Aku tersentak ketika pantatku tidak bisa lagi kugoyang krn jepitan Udin.

Dan, jleeeeeeb, sekali hentak sepertiga penis Udin sudah masuk ke vaginaku. Dia menarik keluar sedikit lalu menghentak lagi. Dua tiga kali hentakan kemudian seluruh kontol Udin sudah amblas ke memekku ..

“Akkhhh.., app..ha yangghh kam..uh lakk..ukannnhh..,” rintihku tak jelas.

Sambil mencengkeram kedua bongkah pantatku, Udin lalu mengentot aku sambil berdiri. Aku terengah hendak mengatakan sesuatu, tapi lumatan bibir Udin mengurungkannya dan membuatku hanya bisa pasrah dengan situasi.

Perlahan aku melingkarkan kedua lenganku ke leher Udin. Selain karena sudah dikuasai nafsu, juga untuk keseimbangan karena hentakan pinggul Udin membuat badanku tersentak sentak.

Dan, goyangan pinggul yang bertenaga dan kencang, seperti yang kulihat semalam dan tadi pagi, kini akhirnya kualami sendiri. Kontol Udin keluar masuk memekku dengan cepat dan bertenaga, membuatku megap megap hanya bisa merintih, terlebih sebentar sebentar Udin mengisap isap bibirku, menjulur julur lidahnya dan mengenyot lidahku dengan buas.

Terdengar kecipak suara kontol Udin keluar masuk ke lobang vaginaku ..

Udin kemudian mengangkat kakiku sebelah kiri. Memekku semakin terbuka. Genjotan Udin semakin keras dan kencang. Aku hanya bisa merintih rintih. Kemudian dia membalikkan tubuhku. Kini aku menghadap dinding. Udin meremas remas bongkahan pantakku yang sering membuat jakun lelaki yg melihatnya turun naik. Kemudian, kembali dia mengarahkan kontolnya, menyelusup melalui garis pantatku. Aku melenguh pelan ketika batang yg panjang dan besar itu kembali memenuhi rongga memekku. Udin kembali menghunjam dengan gerakan yang berirama.

Aku kembali merintih rintih keenakan. Udin sangat liar. Tangannya tidak henti hentinya meremas sana sini. Buah dadaku di remas remas sesuka hatinya. Kadang dia mengisap leherku dari samping, kadang menggigit pundakku.

Aku serasa dilempar ke angkasa ..

Tak lama Udin menggeram, sepertinya dia hampir orgasme. Aku menoleh ke belakang hendak mengingatkan agar pejuhnya tidak dikeluarkan di dalam. Namun, Udin langsung melahap bibirku. Hmmph .., aku tidak bisa berbuat apa apa, lalu, crot, croott. Sperma hangat membasahi rongga rahimku.

Aku bersandar lemah ketika Udin perlahan mencabut kontolnya. Hanya sebentar, ya, tak sampai 10 menit Udin mengentot aku, tapi rasanya seluruh tubuhku terasa capek luar biasa. Mungkin karena setiap gerakan Udin dilakukan dengan penuh tenaga, sehingga tubuhku tersentak sentak tidak karuan.
Udin lalu menaikkan celananya. Lalu kembali memeluk leherku dan melumat bibirku dalam dalam. Cukup lama dia mengisap isap bibirku. Akhirnya, dia melepaskan lalu berbalik meninggalkan aku tanpa berkata apa apa.

Aku termangu sendiri di dapur. Braku masih tersingkap dan celana dalamku tergeletak begitu saja di lantai. Perlahan aku meraihnya lalu memakainya. BH ku kuperbaiki letaknya lalu menurunkan dasterku.


Tepat setelah itu terdengar suara gerbang dibuka. Surti dan Ijah sudah pulang ..

Bersambung ...

Budak Nafsu 1

Aku selalu merasa was was kalo sedang berduaan dengan Udin, sopir sekaligus asisten suamiku. Soalnya tatapan matanya bikin aku merinding. Mesum seolah mau menerkam. Udin dibawa suamiku dari perkebunan kami di luar kota. Suamiku membeli sebidang tanah utk perkebunan kelapa sawit sekitar 5 tahun lalu. Udin, penduduk asli daerah itu, awalnya buruh harian di kebun kami. Mungkin karena kerjanya bagus atau bagaimana, suamiku menaikkan jabatannya di perkebunan sampai akhirnya menjadi semacam asisten pribadinya. Ya menyopiri dan mempersiapkan segala sesuatunya selama di perkebunan. Terakhir, suamiku sering membawanya kerumah.

Aku memang tidak begitu heran kalo ada pria yang memandangku penuh nafsu. Tubuhku sintal dan montok. Dadaku membusung, pantatku membulat indah, kulit putih mulus bagai pualam, dengan tinggi badan 163 cm, aku sering menjadi tumpuan imajinasi para pria. Walaupun mereka tidak mengatakannya tapi dari lirikan penuh birahi, aku tau apa yg ada di benak mereka.

Masalahnya, tatapan birahi para pria itu kudapat jika sedang berada di mall, mini market bahkan di sekolahan ketika sedang mengantar atau menjemput anakku. Ada jarak yang nyaman sehingga aku tidak begitu risi. Satu dua orang sih mencoba berkenalan namun karena sikapku terjaga dan terukur, para pria segan bersikap sembarangan kepadaku.

Lainnya halnya dengan Udin, asisten suamiku, dia ada di rumahku sendiri. Dengan jarak yang begitu dekat, kadang jarak zona amanku terasa didesak.

Jika sedang di rumah, Udin menginap di kamar belakang, sebelahan dengan kamar Surti dan Ijah, pembantu yang mengurus segala keperluan rumah tangga kami. Oh iya, namaku Rina, ibu rumah tangga dengan dua orang anak gadis yang sudah berangkat remaja. Saat ini aku sudah berumur 35 tahun. Suamiku 40 tahun. Kami kawin muda, saat umurku masih 20 tahun.

Putri sulungku, Winda, gadis remaja 14 tahun, sekarang duduk di bangku kelas III SMP. DIa mewarisi kecantikanku. Walaupun masih remaja, tapi perkembangan tubuhnya sudah memperlihatkan bahwa nantinya dia akan mewarisi keseksian ibunya. Sedang adiknya, Desi, berumur 12 tahun, masih kelas VI SD. Kulitnya pun sama dengan Ibu dan kakanya, putih mulus. Tapi karena masih kecil, bentuk tubuhnya belum berkembang.

Keluarga kami lumayan berada. Tadinya suamiku bekerja sebagai manejer di sebuah perusahaan, sampai akhirnya memutuskan utk membuka usaha sendiri, menjadi pengusaha perkebunan ..

Kembali pada Udin, awalnya, orangnya cukup sopan dan santun. Tutur katanya terjaga, kesannya kalem. Tapi, tatapannya itu lho? Apalagi kalo aku sedang pake daster tipis, mungkin menerawang atau bagaimana, maka sinar matanya menjadi tajam seolah berusaha menembus ke dalam ..

Sekilas, kuperhatikan matanya juga akan berkilat jika melihat Surti atau Ijah jika kebetulan saat kerja roknya sedikit tersingkap atau pas menunduk payudaranya mengintip. Sepertinya Udin tidak pernah melewatkan bahkan menunggu momen momen sepersekian detik itu ..

Kedua pembantuku itu, walaupun berasal dari udik, tapi mempunyai kecantikan khas. Surti berkulit putih dan lumayan mulus. Buah dadanya membusung dan dengan kesukaannya memakai celana pendek makanya kakinya yg putih mulus itu akan membuat mata lelaki sedikit melotot.

Sedangkan Ijah berkulit kuning langsat. Jika sedang ketawa maka lesung pipit akan menghiasi pipinya. Buah dadanya tidak begitu menonjol namun lekukan pinggang dan pantatnya serta batang paha yang membulat, membuat para lelaki akan menatapnya berlama lama. Tubuhnya montok dan sintal ..

Udin, menurut suamiku, berumur 30 tahun, kawin dengan janda beranak satu, seorang gadis remaja sepantaran Winda. Dari perkawinannya sendiri mereka belum punya anak. Filingku, Udin ini termasuk laki laki dengan libido tinggi. Secara umum, Udin adalah laki laki yg biasa biasa saja. Badannya memang kekar, tipikal pria yang bekerja menggunakan fisik. Hidungnya pesek dan bibirnya sedikit tebal. Secara umum dia tidak begitu menarik. Entah apa yang membuat suamiku menjadikannya semacam aspri.

Terkadang aku merasa kesal karena Udin terus menerus menatapku dengan pandangan mesumnya. Tapi, sesekali muncul pikiran gila di otakku. Bagaimana rasanya digumuli lelaki kasar seperti Udin? Soalnya suamiku orangnya lembut, terlalu lembut malah. Walaupun kehidupan seks kami termasuk normal, namun diam diam aku menyimpan fantasi sendiri.

Dan fantasiku semakin menjadi jadi tatkala semenjak membuka usaha perkebunan, suamiku mencurahkan seluruh waktu, tenaga dan perhatiannya di perkebunan. Aku merasa diabaikan. Memang, dari segi financial tidak ada yang perlu dikeluhkan. Namun sebagai wanita dewasa dengan libido yang tinggi, aku butuh pelampiasan lebih ..

Aku jarang ikut suamiku ke perkebunannya. Biasanya dia berangkat Senin pulang Rabu. Lalu, Jumat berangkat lagi pulang Sabtu. Udin  Selalu mendampinginya hampir setiap saat, kecuali kalo Sabtu, suamiku pulang nyetir sendiri, karena Udin tinggal utk berkumpul dengan keluarganya di hari Minggu. Hari Senin, suamiku akan ke perkebunan nyetir sendiri, selanjutnya bagian sopir menyopir akan diambil alih Udin selama minggu itu ..

Malam ini, Udin sedang tidur di kamar belakang, di samping kamar Surti dan Ijah. Kamar utama ada di ruang depan sementara kedua putriku kamarnya di atas. Sekita jam 1 dini hari, aku merasa haus lalu beranjak untuk mengambil minum ke dapur.

Pas mengambil minum, sepintas aku melihat lorong menuju kamar pembantuku sedikit terang. Berarti mereka belum matiin lampu kamarnya. Biasanya mereka kalo tidur matiin lampu. Tapi, ada apa sampai dini hari begini belum tidur?

Penasaran aku berjalan perlahan ke lorong. Ternyata, lampu itu berasal dari kamar Udin, pintu kamarnya sedikit terbuka. Mungkin dia kepanasan atau bagaimana, pikirku sambil berlalu. Tapi, langkahku sontak tertahan ketika mendengar suara desisan. Walaupun pelan, tapi di tengah kesunyian malam, suara itu terdengar. Aku menajamkan telinga, sekarang bukan hanya suara desisan, juga suara dengusan nafas dan derit tempat tidur.

Jantungku berdebar. Secara intuisi aku seolah bisa meraba apa yang sedang terjadi di kamar itu. Tapi, siapa dengan siapa? Dengan mengendap, aku mendekati pintu kamar yang sedikit terbuka, lalu menjulurkan kepala utk melihat apa yang terjadi di kamar itu ..

Dan aku terperanjat. Di ranjang, dengan jelas terpampang pemandangan yg membuatku sangat terkejut. Nampak Surti digumuli oleh Udin dengan buasnya. Udin sedang menggenjot selangkangan Surti dengan liar. Surti nampak merem melek sambil mengangkangkan kedua belah pahanya. 

Tangannya kadang menggusal rambut Udin kadang mencakar punggungnya.

Surti mengerang keenakan sedang Udin mendengus sambil terus menggoyang pinggulnya, menghunjam selangkangan Surti yang terbuka lebar. Mulutnya menghujani Surti dengan ciuman dan isapan. Kadang mengisap bahkan menggigit buah dada Surti yang membusung, kadang mengisap lehernya dilanjut dengan melumat bibir Surti. Udin melakukannya dengan gerakan cepat menjurus liar. Sepintas seolah Udin sedang memperkosa Surti.

Warna kulit mereka kontras, Udin yang coklat legam sementara tubuh Surti yang putih mulus, membuat pemandangan itu seketika mengundang birahiku ..

Aku tertegun melihat tontonan itu, ada sedikit rasa marah karena mereka telah berani berbuat mesum di rumahku, tapi, rasa hangat yang menjalari tubuhku lebih dominan, sehingga aku membiarkannya saja. Alih alih menegor, sekarang aku malah menonton pertunjukan itu dengan penuh gairah.

Tiba tiba Udin mengerang, tangannya meremas paha putih Surti sambil menekan pinggulnya kuat kuat. Mungkin dia sudah diujung kenikmatannya. Surti pun tidak mau kalah, kakinya semakin dibuka sambil menaikkan pantatnya menyambut ejakulasi Bejo. Persis di puncak kenikmatannya, Udin yang menggoyang goyang kepalanya tiba tiba melihat bayanganku. Mata kami saling menatap ..

Sesaat aku melihat kilat keterkejutan di matanya. Namun kenikmatan yang sedang di puncak membuat mata sayu, lalu, sambil terus memandangku, dia menggeram menumpahkan maninya ke rahim Surti.

Ekspresi wajahnya seolah mengatakan bahwa walaupun kehadiranku begitu mengejutkannya, namun kenikmatan yg hampir mencapai puncaknya tidak boleh batal. Tuntaskan dulu, nanti persoalan liat nanti aja ..

Sebentar kemudian, kepala Udin terkulai di pundak Surti, tapi pandangannya tidak pernah dilepaskan dariku. Seolah terbebas dari hipnotis, tiba tiba aku berbalik lalu melangkah buru buru ke kamarku. Kulihat suamiku masih pulas. Pelahan aku membaringkan tubuh di sampingnya. Perasaanku campur aduk, lalu kupejamkan mata untuk menahan gemuruh perasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya ..

………………………………..

Paginya, seperti biasa aku mempersiapkan perlengkapan sekolah kedua putriku. Suamiku menyalakan mobil bersiap mengantar. Setiap ada waktu, suamiku akan mengantar sendiri kedua buah hati kami ke sekolah. Surti sedang memasak di dapur sedang Ijah Nampak membereskan ruangan di lantai dua. Bejo entah dimana ..

Persis ketika mobil yang disetir suamiku menghilang, aku berbalik bermaksud masuk. Dan, kulihat Udin sedang menatapku dari ruang tengah. Ketika aku lewat di sampingnya, tiba tiba dia berbisik, 

“Bu, maafkan yang semalam ya.”

Sebenarnya aku hendak marah, tapi entah mengapa aku malah membalas bisikannya, “Kamu kan sudah punya istri, kenapa masih menggauli Surti? Kalo dia hamil bagaimana? Dia juga punya suami di kampung?”

“Kami bisa menjaganya Bu, Surti tidak sedang masa subur,” ujar Udin pelan.

Sambil memperlambat langkah, aku kembali bertanya, “Sudah berapa lami kalian melakukan itu?”

“Baru dua minggu belakangan ini Bu,” jawab Udin.

Aku tidak tau mau mengatakan apa lagi, sambil melengos aku beranjak ke dapur untuk melihat masakan Surti. Tak lama, terdengar hp ku berdering, ternyata suamiku. “Ma, aku sekalian liat bibit dulu bentar, mungkin sejam lagi aku balik ya?”

Setelah berbicara beberapa hal, suamiku mematikan hp nya. Aku bermaksud kembali ke dapur. Eh, tadi Udin kemana ya? Aku melongok ke garasi, mungkin dia sedang mempersiapkan sesuatu disana. 

Dia tidak ada ..

Aku kembali merasa penasaran. Kemana anak itu? Apa dia ke atas? Tapi dia tidak pernah kesana, karena kamar atas adalah kekuasaan kedua putriku. Tapi, seolah memastikan, aku naik juga ke lantai dua. Dan apa yang kusaksikan disana membuatku terperanjat ..

Nampak Ijah membungkuk, kedua tangannya bersandar ke kursi. Dia masih pake tshirt, tapi bagian bawahnya sudah tidak memakai apa apa lagi. Sepasang kakinya yang bulat berwarna kuning langsat direntangkan dan .., dari belakang Udin sibuk menggenjot! Udin juga masih pakai kaos tapi tidak pake celana. Kedua tangannya mencengkeram pinggul Ijah, lalu memompa kemaluan Ijah dari belakang.

“Bajingan!” Rutukku dalam hati. Rumahku ternyata sudah seperti tempat mesum, semalam di kamar belakang sekarang malah di ruangan kedua putriku. Tapi, gerakan gerakan Udin yang bertenaga memompa Ijah dari belakang membuatku terbelalak dan seolah melupakan kemarahan dan makian yang hampir kulontarkan.

Pemandangan ini begitu merangsang, Nampak Ijah tidak hanya menyandarkan tangannya, juga meletakkan kepalanya di sandaran kursi. Sepertinya posisi itu membuat tenaganya terkuras. Tapi Udin menahan Ijah tetap berdiri dengan mencengkeram pinggulnya, sesekali menampar dan meremas pantat Ijah, sementara hunjaman kemaluan Udin yang ternyata besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepat ..

Bokong Ijah memang besar dan seksi. Pantat dan pangkal pahanya benar benar montok dan kenyal. Ijah terpental pental ke depan menahan kebuasan sodokan Udin. Sesekali tangan Udin menyelusup ke dalam kaos Ijah, meremas remas susunya.  Ijah hanya bisa merintih panjang pendek diamuk luapan birahi Udin.

Baru sekarang aku melihat kontol Udin yang besar dan panjang. Semalam tidak begitu terlihat, mungkin karena posisinya yang menindih sementara Surti mengaitkan kedua pahanya ke pinggang Udin ..

Udin melenguh panjang sambil menggelengkan kepalanya dan .., kembali kedua mata kami bertaut! Kali ini tidak ada sinar keterkejutan di matanya. Seolah kehadiranku sudah diduganya dan dia telah siap dengan situasi ini.

Kembali aku membalikkan tubuh dan turun dengan buru buru dari atas. Nafasku terengah, ini sudah keterlaluan, umpatku dalam hati. Aku terduduk di ruang tamu, otakku seperti mampet, tidak tau mau berbuat apa. Mestinya sih aku harus melaporkan ini kepada suamiku, tapi entah kenapa opsi itu tidak terlintas sedikitpun di kepalaku. Yang ada malah aku pusing sendiri ..

Tak lama kemudian, kulihat bayangan Udin menuruni tangga. Bukannya berjalan kearah garasi atau dapur, dia malah melewatiku seperti hendak ke teras. Pas di dekatku dia kembali berbisik, “Maafkan aku Bu, aku sudah berusah cepat cepat dan buru buru, tapi Ibu masih menangkap basah kami,” bisiknya pelan ..

“Kau sudah kelewatan, semalam kau sudah menodai rumah ini, sekarang malah melakukannya di ruang ke dua putriku,” entah kenapa, aku juga berbicara setengah berbisik ..

“Maafin aku Bu, tadi Ijah minta tolong dibawain air seember buat ngepel. Pas di atas kami konak. Sudah berusaha cepat biar tidak ketahuan, tapi Ibu keburu naik,” balasnya dengan pelan.

Aku menghela nafas, diam diam tak habis fikir. Kenapa aku tidak bisa marah?

“Ijah juga sudah punya suami di kampung,” tukasku pelan.

“Saya tau Bu, Ijah juga sedang tidak masa subur,” timpalnya.

“Kalo suamiku sampai tau, kalian bisa gawat,” akhirnya keluar juga kata yg sedikit mengancam.

“Makanya aku minta maaf kepada Ibu, tolong jangan dikasih tau,” pintanya.

“Kamu sudah berapa lama dengan Ijah?” tanyaku tanpa merespon permintaannya.

“Sama dengan Surti, baru dua minggu ini Bu,” akunya.

“Sudah, pergi sana, jangan sampai Surti dan Ijah melihat kita mengobrok disini,” usirku.


Udin mengangguk sambil cepat cepat berlalu dari hadapanku.

Bersambung ...

Senin, 24 Desember 2012



Ini bujangan yang tua nggak laku laku, setiap hari mondar mandir kesana kemari. Tidak menemukan dan tidak ditemukan. Begitu saja ada diantara orang orang. Seolah hidupnya hanya berjalan menghabiskan sisa umur. Apakah tidak berharap? Sebenarnya iya, aku berharap.., so why???

Mimpi di dalam Mimpi

Tahun 2012 akan segera berlalu. Banyak cerita di sepanjang tahun ini. Cerita suka maupun duka. Yang jelas,   apapun yang terjadi, waktu terus berjalan, melesat tiada henti..

Umur semakin bertambah, tubuh semakin tua. Ada yang berkembang, ada yang menyusut dan ada yang stagnan. Aku tidak tau manakah diantara ketiganya yang dominan dalam hidupku.

Tahun 2013 sudah di depan mata. Penuh misteri, seolah pasti namun tidak. Kita tidak tau apa yang sedang menunggu. Akankah sukacita menghampiri? Atau dukacita yang mengintip? Atau.., semuanya tetap seperti semula?

Berjalan lamban dan santai, seolah waktu berhenti berputar..



Minggu, 01 Agustus 2010

Just Kidding...

SPANYOLE DE CAMPIONE

  
JOHANNESBURG, Kesebelasan Spanyol akhirnya menciptakan sejarah bagi negaranya dengan menjadi tim yang berhasil menggondol tropi Piala Dunia 2010 untuk pertama.
Keberhasilan Spanyol menjadi juara dunia merupakan sejarah baru. Apalagi, itu dilakukan di luar Eropa. Tim Matador pertama yang bisa menjadi juara di luar Benua Biru.

Namun, catatan sejarah bukan hanya itu. Ada beragam fakta menarik dari final Piala Dunia 2010. Simak saja beberapa angka menarik yang menggambarkan suasana selama berlangsungnya gelaran Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan:

1 - Spanyol menjadi juara dunia pertama yang mengalami kekalahan pada laga pembuka.

2 - Ini adalah kali kedua partai puncak berakhir dengan skor 0-0 setelah Piala Dunia 1994.

3 - Spanyol menjadi tim ketiga yang mengawinkan gelar juara Eropa dan dunia setelah Jerman Barat (1972, 1978) dan Prancis (1998, 2000)

5 - John Heitinga menjadi pemain kelima yang diusir wasit di partai puncak setelah Dezotti, Monzon, Desailly, dan Zidane.

8 - Jumlah gol yang dicetak Spanyol di Afrika Selatan. Itu menjadi catatan produktivitas terminim untuk sebuah tim juara.

9 - Partai final Piala Dunia 1990 menjadi yang terkeras dengan total 9 kartu kuning plus satu kartu merah. Ini adalah rekor untuk partai puncak Piala Dunia.

13 - Jumlah pemain yang mendapatkan kartu pada laga final merupakan yang tertinggi sejak laga Portugal vs Belanda di Piala Dunia 2006.

23 - Belanda mendapatkan total 23 kartu sepanjang Piala Dunia 2010. Menyamai pencapaian Argentina pada 1990. Saat itu, Tim Tango tercatat sebagai tim dengan kedisiplinan terburuk.

599 - Jumlah umpan yang dilepaskan Xavi Hernandez sepanjang Piala Dunia. Paling tinggi sejak pencatatan dilakukan pada Piala Dunia 1966.