Tak lama suamiku kembali, Dia
mengabarkan bahwa bibit baru akan tiba besok. Tapi dia harus segera ke
perkebunan, karena harus memberikan instruksi kepada para pekerjanya. Suamiku
hendak melakukan perluasan kebun.
Dia menginstruksikan agar Udin
tinggal dulu menunggu datangnya bibit. Segera setelah bibit datang, dia harus
menyusul ke perkebunan. Suamiku memberi uang kepada Udin untuk menyewa mobil
pick up langganan.
Setelah makan siang, suamiku
berangkat ke perkebunan menyetir sendiri. Bejo yang tidak punya kegiatan
mengurung diri di kamar, mungkin istrahat, karena mulai dari semalam dia sibuk
‘bekerja’.
Kedua putriku belum pulang dari
sekolah, karena mereka lanjut dengan kegiatan ekstrakulikuler. Anak sekolah
sekarang memang waktunya lebih banyak
dihabiskan di lingkungan sekolah.
“Bu, aku pamit dulu mau belanja
minyak, udah habis,” Surti menghampiriku.
“Uang belanja masih cukup?”
tanyaku.
“Masih Bu.”
“Ijah mau kemana?” tanyaku
melihat Ijah berpakaian rapi.
“Ke sekolahan Bu, tadi neng Winda
telpon, dia lupa bawa peralatan ekskulnya,” jawab Ijah.
“Hmm.., ya sudah, cepat pulang ya?” tukasku. Sekolah
kedua putriku memang tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 5 menit jalan kaki.
Sepeninggal kedua pembantuku, aku
menyibukkan diri di dapur. Memeriksa persediaan makanan, siapa tau masih ada
yang kurang.
“Surti dan Ijah kemana Bu?” tiba
tiba terdengan pertanyaan.
Aku tersentak kaget, “Lagi
keluar, kamu ngagetin aja.” Tukasku.
“Maaf Bu,” katanya pelan.
“Kamu selalu minta maaf, tapi
kelakuanmu selalu mengejutkan,” semprotku.
Udin hanya tertunduk. Kesempatan
itu kugunakan untuk memperhatikannya dengan seksama. Udin benar benar pria yg
biasa saja. Badannya sawo matang, tanda sering terpanggang matahari. Badannya
memang kekar, tapi tubuhnya tidak tinggi tinggi amat. Dia malah lebih pendek
dari suamiku yang 170 cm.
Yang mengagetkan darinya hanya
ukuran penisnya yang luar bias. Besar dan panjang. Aku baru melihatnya, walau
hanya dari samping, ketika dia asyik menggenjot Ijah dari belakang di ruang
atas.
“Coba ceritakan, bagaima awalnya
km sampai bisa memakai Surti dan Ijah? Apakah mereka tidak saling mengetahui?”
tanyaku blak blakan.
“Awalnya, aku bermaksud ngobrol
ke kamar mereka. Kulihat pintu tidak terkunci, aku nyelonong aja. Dan, ternyata
mereka berdua sedang bercumbu,” ungkap Udin dengan polos.
“Apa? Km jangan bohong ya? Fitnah
itu dosa tau?” aku benar benar terperanjat mendengar pengakuan Udin.
“Benar Bu, aku tidak bohong, Surti
dan Ijah memang pasangan lesbi, eh, tapi mereka bisa juga dengan laki laki,
buktinya pada punya suami,” tandas Udin.
Sejenak aku termangu mendengar
kenyataan itu. Sungguh, sedikitpun tidak pernah terlintas di benakku kalo Surti
dan Ijah biseks. Memang selama ini mereka sangat akrab, tapi kupikir itu hanya
keakraban dua wanita yang senasib sepenanggunan.
“Awalnya kalian langsung main
bertiga? Apa kamu kuat?” tanyaku konyol.
“Kuat aja Bu, dari dulu emang
kuat Bu,” jawab Udin sambil tersenyum kecil.
“Bagaimana ceritanya kalian jadi
main bertiga?” Tanya semakin ngawur.
“Mereka memintaku untuk tidak
membocorkan rahasia, aku setuju dengan syarat mereka mau main denganku. Awalnya
mereka keberatan, tapi aku meminta sambil melancarkan sentuhan sentuhan kecil,
eh, lama lama mereka menikmatinya, akhirnya ya kejadian Bu,” tutur Udin terus
terang.
“Sentuhan kecil? Seperti apa
itu?” tanyaku ga habis piker.
“Seperti ini Bu, eh, maaf, aku
praktekin sedikit ya Bu,” ujar Udin sambil mendekat.
“Jangan kurang ajar ya! Aku ini
majikanmu!” bentakku.
“Maaf Bu, bukan mau kurang ajar,
hanya utk menunjukkan bagaimana aku menyentuh mereka, biar Ibu tidak
penasaran,” ujar Udin sambil mundur.
Aku hampir membentaknya lagi,
tapi, tiba tiba kepikiran, emang seperti apakah sentuhan kecil itu? Lalu,
sambil menatap tajam, “Ya udah, coba gimana sentuhanmu, tapi awas, jangan
kelewatan, awas lo,” ancamku.
Tanpa berkata apa apa, Udin
mendekatiku dari arah belakang. Lalu jarinya mengusap punggungku pelan. Terus
membelai kearah tengkuk, dan .. serr, aku merinding!
“Ihh .., koq jadi begini sih?”
aku terloncat kaget ..
“Udah, aku mau kerja, kamu pergi
ngurusin apa kek sana,” usirku dengan jantung berdebar. Pantesan dia bisa
menggarap kedua pembantuku, ternyata jelek jelek begitu mengerti daerah sensitive
wanita juga.
Udin beranjak pergi.
…………………………………………….
Aku termenung di dapur. Hanya
berdiri sambil tangan bertelekan di meja. Usapan yang hanya sebentar itu
seperti sengatan listrik, mengagetkan!
Ternyata Udin yang bertampang
kasar dan udik itu bisa juga memancing birahi wanita. Kukira, setelah dua kali
memergoki persetubuhannya dengan kedua pembantuku, dia hanyalah seorang lelaki
buas dan liar di ranjang.
Aku jadi terbayang bayang
sendiri, bagaimana rasanya didekap dengan lembut namun lama lama menjadi kasar,
liar dan buas? Pasti birahiku yg selama ini terpendam akan meletu keluar.
Tiba tiba, entah bagaimana, Udin
sudah ada di belakangku. “Apa Ibu tidak ingin tau lebih jauh?” ujarnya sambil
merapatkan tubuhnya ke belakangku. Aku tersentak kaget tapi tidak berusaha
menghindar. Terasa sesuatu yang keras di selangkangan Udin menempel pada
belahan pantatku.
“Kamu mau apa? Kan sudah kusuruh
pergi?” ucapku tapi dengan suara lemah ..
“Aku hanya ingin menuntaskan yang
tadi Bu,” bisik Udin di belakangku sambil menggoyang pinggulnya, otomatis
belahan pantatku serasa dijejali sesuat yang hangat, panjang dan keras.
“Akh, km tidak boleh begini, aku
ini nyonya majikanmu,” erangku dengan nada kurang menyakinkan ..
“Ibu diam aja,” bisik Udin dengan
nafas memburu di leherku. Sementara tonjolan di selangkangannya menekan belahan
pantatku. Aku meronta, tidak terima diperlakukan seperti oleh pembantuku
sendiri.
“Jangan kurang ajar,” desisku.
AKu hampir tidak percaya mendengar suaraku sendiri. Maksud hati ingin membentak
dengan suara keras namun yang terlontar hanya desisan. Seolah tidak mendengar
protesku, tangan Udin lalu merengkuh kedua belah payudaraku. Meremas remas
dengan gemas.
Ini sudah keterlaluan, harus
segera dihentikan, pikirku panic. Aku berbalik sambil mengibaskan kedua
tangannya. Udin terlihat kaget, maun berusaha menenangkan diri. “Kamu piker apaku siapa? Beraninya kamu
memperlakukan aku seperti ini?” ujarku tertahan namun sama sekali tidak dengan
nada marah.
Sekarang kami berhadap hadapan
dengan jarak yang sangat rapat, nyaris menempel. Tiba tiba Udin memelukku erat
erat, menghimpit tubuh sintalku dan menempelkan tonjolan kelaminnya di
selangkanganku.
“Ap..a yanghh..km lak..,” ujarku
sebelum terdiam oleh lumatannya. Aku benar benar kaget, tak kusangka Udin
seberani ini. Dengan ganas dia menyedot nyedot bibir dan lidahku sampai
terdengar bunyi kecipak. Tangan kirinya merengkuh pinggangku sementara tangan
kanannya meremas remas susuku yang besar dan kenyal.
Selangkangannya yang menonjol
oleh kontolnya yang membesar ditempelkan rapat rapat ke selangkanganku. Aku
benar benar bingung menghadapi situasi yang tidak disangka sangka ini. Aku,
nyonya majikan yang cantik jelita sedang dicumbui pembantuku sendiri di dapur
..
Dengan sisa perlawanan terakhir,
aku meronta seraya membalikkan badan menghindari cumbuan yang membuatku
mengalami rasa sensasi aneh .. Tapi Udin sepertinya sudah bertekad tidak akan
melepaskanku ..
Lidahnya menjulur menggelitik
leherku, sambil tangannya entah bagaimana kembali sudah merengkuh kedua belah payudaraku.
Aku hanya merintih tanpa
mengatakan apa apa lagi. Membiarkan Udin menggoyang goyangkan selangkangannya
di pantatku sambil tangannya meremas remas susuku. Untuk beberapa saat kami
terdiam dengan posisi itu. Lalu, dengan sedikit menyentak Udin membalikkan
tubuhku dan langsung melumat bibirku. Tangannya juga aktif meremas susuku
sambil selangkangannya menggoyang di bawah.
Gila, aku mandah saja
diperlakukan seperti ini. Otakku seperti tidak bisa menalar. Entah apa yang
sudah diperbuat Udin kepadaku. Udin mulai mendengus sambil memepet aku ke
dinding. Tangannya menaikkan dasterku ke atas, sampai tubuh bagian bawahku yang
putih mulus terpampang membuat matanya melotot semakin bernafsu.
Dengan ganas dia mencengkram
pangkal pahaku. Meremas buah pantatku. Mengusap usap bahkan memilin
selangkanganku. Sementara lidahnya seperti tidak puas puasnya menjelajah rongga
mulutku.
Tampak tangannya yg hitam dan
kasar mencengkram gundukan memekku. Permainannya kasar, tapi entak kenapa
aku semakin horny.
Udin menaikkan braku, lalu dengan
buas langsung melahap susuku. Aku hanya bisa merintih, Udin benar benar liar.
Sambil mengenyot puting susuku tangannya sibuk meremas pantatku. Lalu tangan
kanannya memelorotkan celana dalamku ..
Seperti terburu buru, dia lalu
membuka sleting celananya dan menurunkan sampai paha. Lalu kembali menekanku ke
dinding sambil mengacungkan kontolnya ke selangkanganku. Sepertinnya langsung
pas karena tinggi tubuhku tidak begitu jauh dengannya.
“Jangan dimasukin,” aku tersentak
begitu kontol Udin sudah menempel di pintu vaginaku. Aku menggoyang pantatku
ketika Udin mendorong kontolnya, membuat rudal yang besar dan panjang itu
terpeleset di belahan vagina yang mulai basah itu.
Udin kembali mengarahkan
kontolnya. Kembali aku menggoyang pantatku sehingga untuk beberapa saat Udin
selalu tergelincir. Dengan tidak sabar tiba tiba Udin mencengkeram kedua belah
pinggulku. Sekarang aku tidak leluasa lagi bergerak ketika Udin mengacungkan
batang kontolnya. Kembali kepala kontol Udin menyeruak bibir vaginaku.
Aku tersentak ketika pantatku
tidak bisa lagi kugoyang krn jepitan Udin.
Dan, jleeeeeeb, sekali hentak
sepertiga penis Udin sudah masuk ke vaginaku. Dia menarik keluar sedikit lalu
menghentak lagi. Dua tiga kali hentakan kemudian seluruh kontol Udin sudah amblas
ke memekku ..
“Akkhhh.., app..ha yangghh
kam..uh lakk..ukannnhh..,” rintihku tak jelas.
Sambil mencengkeram kedua bongkah
pantatku, Udin lalu mengentot aku sambil berdiri. Aku terengah hendak
mengatakan sesuatu, tapi lumatan bibir Udin mengurungkannya dan membuatku hanya
bisa pasrah dengan situasi.
Perlahan aku melingkarkan kedua
lenganku ke leher Udin. Selain karena sudah dikuasai nafsu, juga untuk
keseimbangan karena hentakan pinggul Udin membuat badanku tersentak sentak.
Dan, goyangan pinggul yang
bertenaga dan kencang, seperti yang kulihat semalam dan tadi pagi, kini
akhirnya kualami sendiri. Kontol Udin keluar masuk memekku dengan cepat dan
bertenaga, membuatku megap megap hanya bisa merintih, terlebih sebentar
sebentar Udin mengisap isap bibirku, menjulur julur lidahnya dan mengenyot
lidahku dengan buas.
Terdengar kecipak suara kontol
Udin keluar masuk ke lobang vaginaku ..
Udin kemudian mengangkat kakiku
sebelah kiri. Memekku semakin terbuka. Genjotan Udin semakin keras dan kencang.
Aku hanya bisa merintih rintih. Kemudian dia membalikkan tubuhku. Kini aku
menghadap dinding. Udin meremas remas bongkahan pantakku yang sering membuat
jakun lelaki yg melihatnya turun naik. Kemudian, kembali dia mengarahkan
kontolnya, menyelusup melalui garis pantatku. Aku melenguh pelan ketika batang
yg panjang dan besar itu kembali memenuhi rongga memekku. Udin kembali
menghunjam dengan gerakan yang berirama.
Aku kembali merintih rintih
keenakan. Udin sangat liar. Tangannya tidak henti hentinya meremas sana sini. Buah
dadaku di remas remas sesuka hatinya. Kadang dia mengisap leherku dari samping,
kadang menggigit pundakku.
Aku serasa dilempar ke angkasa ..
Tak lama Udin menggeram,
sepertinya dia hampir orgasme. Aku menoleh ke belakang hendak mengingatkan agar
pejuhnya tidak dikeluarkan di dalam. Namun, Udin langsung melahap bibirku.
Hmmph .., aku tidak bisa berbuat apa apa, lalu, crot, croott. Sperma hangat
membasahi rongga rahimku.
Aku bersandar lemah ketika Udin
perlahan mencabut kontolnya. Hanya sebentar, ya, tak sampai 10 menit Udin
mengentot aku, tapi rasanya seluruh tubuhku terasa capek luar biasa. Mungkin
karena setiap gerakan Udin dilakukan dengan penuh tenaga, sehingga tubuhku
tersentak sentak tidak karuan.
Udin lalu menaikkan celananya.
Lalu kembali memeluk leherku dan melumat bibirku dalam dalam. Cukup lama dia
mengisap isap bibirku. Akhirnya, dia melepaskan lalu berbalik meninggalkan aku
tanpa berkata apa apa.
Aku termangu sendiri di dapur.
Braku masih tersingkap dan celana dalamku tergeletak begitu saja di lantai.
Perlahan aku meraihnya lalu memakainya. BH ku kuperbaiki letaknya lalu
menurunkan dasterku.
Tepat setelah itu terdengar suara
gerbang dibuka. Surti dan Ijah sudah pulang ..
Bersambung ...