Minggu, 14 September 2014

Budak Nafsu 2

Tak lama suamiku kembali, Dia mengabarkan bahwa bibit baru akan tiba besok. Tapi dia harus segera ke perkebunan, karena harus memberikan instruksi kepada para pekerjanya. Suamiku hendak melakukan perluasan kebun.

Dia menginstruksikan agar Udin tinggal dulu menunggu datangnya bibit. Segera setelah bibit datang, dia harus menyusul ke perkebunan. Suamiku memberi uang kepada Udin untuk menyewa mobil pick up langganan.

Setelah makan siang, suamiku berangkat ke perkebunan menyetir sendiri. Bejo yang tidak punya kegiatan mengurung diri di kamar, mungkin istrahat, karena mulai dari semalam dia sibuk ‘bekerja’.
Kedua putriku belum pulang dari sekolah, karena mereka lanjut dengan kegiatan ekstrakulikuler. Anak sekolah sekarang memang waktunya  lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah.

“Bu, aku pamit dulu mau belanja minyak, udah habis,” Surti menghampiriku.

“Uang belanja masih cukup?” tanyaku.

“Masih Bu.”

“Ijah mau kemana?” tanyaku melihat Ijah berpakaian rapi.

“Ke sekolahan Bu, tadi neng Winda telpon, dia lupa bawa peralatan ekskulnya,” jawab Ijah.

“Hmm..,  ya sudah, cepat pulang ya?” tukasku. Sekolah kedua putriku memang tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 5 menit jalan kaki.

Sepeninggal kedua pembantuku, aku menyibukkan diri di dapur. Memeriksa persediaan makanan, siapa tau masih ada yang kurang.

“Surti dan Ijah kemana Bu?” tiba tiba terdengan pertanyaan.

Aku tersentak kaget, “Lagi keluar, kamu ngagetin aja.” Tukasku.

“Maaf Bu,” katanya pelan.

“Kamu selalu minta maaf, tapi kelakuanmu selalu mengejutkan,” semprotku.

Udin hanya tertunduk. Kesempatan itu kugunakan untuk memperhatikannya dengan seksama. Udin benar benar pria yg biasa saja. Badannya sawo matang, tanda sering terpanggang matahari. Badannya memang kekar, tapi tubuhnya tidak tinggi tinggi amat. Dia malah lebih pendek dari suamiku yang 170 cm.

Yang mengagetkan darinya hanya ukuran penisnya yang luar bias. Besar dan panjang. Aku baru melihatnya, walau hanya dari samping, ketika dia asyik menggenjot Ijah dari belakang di ruang atas.

“Coba ceritakan, bagaima awalnya km sampai bisa memakai Surti dan Ijah? Apakah mereka tidak saling mengetahui?” tanyaku blak blakan.

“Awalnya, aku bermaksud ngobrol ke kamar mereka. Kulihat pintu tidak terkunci, aku nyelonong aja. Dan, ternyata mereka berdua sedang bercumbu,” ungkap Udin dengan polos.

“Apa? Km jangan bohong ya? Fitnah itu dosa tau?” aku benar benar terperanjat mendengar pengakuan Udin.

“Benar Bu, aku tidak bohong, Surti dan Ijah memang pasangan lesbi, eh, tapi mereka bisa juga dengan laki laki, buktinya pada punya suami,” tandas Udin.

Sejenak aku termangu mendengar kenyataan itu. Sungguh, sedikitpun tidak pernah terlintas di benakku kalo Surti dan Ijah biseks. Memang selama ini mereka sangat akrab, tapi kupikir itu hanya keakraban dua wanita yang senasib sepenanggunan.

“Awalnya kalian langsung main bertiga? Apa kamu kuat?” tanyaku konyol.

“Kuat aja Bu, dari dulu emang kuat Bu,” jawab Udin sambil tersenyum kecil.

“Bagaimana ceritanya kalian jadi main bertiga?” Tanya semakin ngawur.

“Mereka memintaku untuk tidak membocorkan rahasia, aku setuju dengan syarat mereka mau main denganku. Awalnya mereka keberatan, tapi aku meminta sambil melancarkan sentuhan sentuhan kecil, eh, lama lama mereka menikmatinya, akhirnya ya kejadian Bu,” tutur Udin terus terang.

“Sentuhan kecil? Seperti apa itu?” tanyaku ga habis piker.

“Seperti ini Bu, eh, maaf, aku praktekin sedikit ya Bu,” ujar Udin sambil mendekat.

“Jangan kurang ajar ya! Aku ini majikanmu!” bentakku.

“Maaf Bu, bukan mau kurang ajar, hanya utk menunjukkan bagaimana aku menyentuh mereka, biar Ibu tidak penasaran,” ujar Udin sambil mundur.

Aku hampir membentaknya lagi, tapi, tiba tiba kepikiran, emang seperti apakah sentuhan kecil itu? Lalu, sambil menatap tajam, “Ya udah, coba gimana sentuhanmu, tapi awas, jangan kelewatan, awas lo,” ancamku.

Tanpa berkata apa apa, Udin mendekatiku dari arah belakang. Lalu jarinya mengusap punggungku pelan. Terus membelai kearah tengkuk, dan .. serr, aku merinding!

“Ihh .., koq jadi begini sih?” aku terloncat kaget ..

“Udah, aku mau kerja, kamu pergi ngurusin apa kek sana,” usirku dengan jantung berdebar. Pantesan dia bisa menggarap kedua pembantuku, ternyata jelek jelek begitu mengerti daerah sensitive wanita juga.

Udin beranjak pergi.

…………………………………………….

Aku termenung di dapur. Hanya berdiri sambil tangan bertelekan di meja. Usapan yang hanya sebentar itu seperti sengatan listrik, mengagetkan!

Ternyata Udin yang bertampang kasar dan udik itu bisa juga memancing birahi wanita. Kukira, setelah dua kali memergoki persetubuhannya dengan kedua pembantuku, dia hanyalah seorang lelaki buas dan liar di ranjang.

Aku jadi terbayang bayang sendiri, bagaimana rasanya didekap dengan lembut namun lama lama menjadi kasar, liar dan buas? Pasti birahiku yg selama ini terpendam akan meletu keluar.

Tiba tiba, entah bagaimana, Udin sudah ada di belakangku. “Apa Ibu tidak ingin tau lebih jauh?” ujarnya sambil merapatkan tubuhnya ke belakangku. Aku tersentak kaget tapi tidak berusaha menghindar. Terasa sesuatu yang keras di selangkangan Udin menempel pada belahan pantatku.

“Kamu mau apa? Kan sudah kusuruh pergi?” ucapku tapi dengan suara lemah ..

“Aku hanya ingin menuntaskan yang tadi Bu,” bisik Udin di belakangku sambil menggoyang pinggulnya, otomatis belahan pantatku serasa dijejali sesuat yang hangat, panjang dan keras.

“Akh, km tidak boleh begini, aku ini nyonya majikanmu,” erangku dengan nada kurang menyakinkan ..
“Ibu diam aja,” bisik Udin dengan nafas memburu di leherku. Sementara tonjolan di selangkangannya menekan belahan pantatku. Aku meronta, tidak terima diperlakukan seperti oleh pembantuku sendiri.

“Jangan kurang ajar,” desisku. AKu hampir tidak percaya mendengar suaraku sendiri. Maksud hati ingin membentak dengan suara keras namun yang terlontar hanya desisan. Seolah tidak mendengar protesku, tangan Udin lalu merengkuh kedua belah payudaraku. Meremas remas dengan gemas.

Ini sudah keterlaluan, harus segera dihentikan, pikirku panic. Aku berbalik sambil mengibaskan kedua tangannya. Udin terlihat kaget, maun berusaha menenangkan diri.  “Kamu piker apaku siapa? Beraninya kamu memperlakukan aku seperti ini?” ujarku tertahan namun sama sekali tidak dengan nada marah.

Sekarang kami berhadap hadapan dengan jarak yang sangat rapat, nyaris menempel. Tiba tiba Udin memelukku erat erat, menghimpit tubuh sintalku dan menempelkan tonjolan kelaminnya di selangkanganku.

“Ap..a yanghh..km lak..,” ujarku sebelum terdiam oleh lumatannya. Aku benar benar kaget, tak kusangka Udin seberani ini. Dengan ganas dia menyedot nyedot bibir dan lidahku sampai terdengar bunyi kecipak. Tangan kirinya merengkuh pinggangku sementara tangan kanannya meremas remas susuku yang besar dan kenyal.

Selangkangannya yang menonjol oleh kontolnya yang membesar ditempelkan rapat rapat ke selangkanganku. Aku benar benar bingung menghadapi situasi yang tidak disangka sangka ini. Aku, nyonya majikan yang cantik jelita sedang dicumbui pembantuku sendiri di dapur ..

Dengan sisa perlawanan terakhir, aku meronta seraya membalikkan badan menghindari cumbuan yang membuatku mengalami rasa sensasi aneh .. Tapi Udin sepertinya sudah bertekad tidak akan melepaskanku ..

Lidahnya menjulur menggelitik leherku, sambil tangannya entah bagaimana kembali sudah merengkuh kedua belah payudaraku.

Aku hanya merintih tanpa mengatakan apa apa lagi. Membiarkan Udin menggoyang goyangkan selangkangannya di pantatku sambil tangannya meremas remas susuku. Untuk beberapa saat kami terdiam dengan posisi itu. Lalu, dengan sedikit menyentak Udin membalikkan tubuhku dan langsung melumat bibirku. Tangannya juga aktif meremas susuku sambil selangkangannya menggoyang di bawah.

Gila, aku mandah saja diperlakukan seperti ini. Otakku seperti tidak bisa menalar. Entah apa yang sudah diperbuat Udin kepadaku. Udin mulai mendengus sambil memepet aku ke dinding. Tangannya menaikkan dasterku ke atas, sampai tubuh bagian bawahku yang putih mulus terpampang membuat matanya melotot semakin bernafsu.

Dengan ganas dia mencengkram pangkal pahaku. Meremas buah pantatku. Mengusap usap bahkan memilin selangkanganku. Sementara lidahnya seperti tidak puas puasnya menjelajah rongga mulutku.
Tampak tangannya yg hitam dan kasar mencengkram gundukan memekku. Permainannya kasar, tapi entak kenapa aku  semakin horny.

Udin menaikkan braku, lalu dengan buas langsung melahap susuku. Aku hanya bisa merintih, Udin benar benar liar. Sambil mengenyot puting susuku tangannya sibuk meremas pantatku. Lalu tangan kanannya memelorotkan celana dalamku ..

Seperti terburu buru, dia lalu membuka sleting celananya dan menurunkan sampai paha. Lalu kembali menekanku ke dinding sambil mengacungkan kontolnya ke selangkanganku. Sepertinnya langsung pas karena tinggi tubuhku tidak begitu jauh dengannya.

“Jangan dimasukin,” aku tersentak begitu kontol Udin sudah menempel di pintu vaginaku. Aku menggoyang pantatku ketika Udin mendorong kontolnya, membuat rudal yang besar dan panjang itu terpeleset di belahan vagina yang mulai basah itu.

Udin kembali mengarahkan kontolnya. Kembali aku menggoyang pantatku sehingga untuk beberapa saat Udin selalu tergelincir. Dengan tidak sabar tiba tiba Udin mencengkeram kedua belah pinggulku. Sekarang aku tidak leluasa lagi bergerak ketika Udin mengacungkan batang kontolnya. Kembali kepala kontol Udin menyeruak bibir vaginaku.

Aku tersentak ketika pantatku tidak bisa lagi kugoyang krn jepitan Udin.

Dan, jleeeeeeb, sekali hentak sepertiga penis Udin sudah masuk ke vaginaku. Dia menarik keluar sedikit lalu menghentak lagi. Dua tiga kali hentakan kemudian seluruh kontol Udin sudah amblas ke memekku ..

“Akkhhh.., app..ha yangghh kam..uh lakk..ukannnhh..,” rintihku tak jelas.

Sambil mencengkeram kedua bongkah pantatku, Udin lalu mengentot aku sambil berdiri. Aku terengah hendak mengatakan sesuatu, tapi lumatan bibir Udin mengurungkannya dan membuatku hanya bisa pasrah dengan situasi.

Perlahan aku melingkarkan kedua lenganku ke leher Udin. Selain karena sudah dikuasai nafsu, juga untuk keseimbangan karena hentakan pinggul Udin membuat badanku tersentak sentak.

Dan, goyangan pinggul yang bertenaga dan kencang, seperti yang kulihat semalam dan tadi pagi, kini akhirnya kualami sendiri. Kontol Udin keluar masuk memekku dengan cepat dan bertenaga, membuatku megap megap hanya bisa merintih, terlebih sebentar sebentar Udin mengisap isap bibirku, menjulur julur lidahnya dan mengenyot lidahku dengan buas.

Terdengar kecipak suara kontol Udin keluar masuk ke lobang vaginaku ..

Udin kemudian mengangkat kakiku sebelah kiri. Memekku semakin terbuka. Genjotan Udin semakin keras dan kencang. Aku hanya bisa merintih rintih. Kemudian dia membalikkan tubuhku. Kini aku menghadap dinding. Udin meremas remas bongkahan pantakku yang sering membuat jakun lelaki yg melihatnya turun naik. Kemudian, kembali dia mengarahkan kontolnya, menyelusup melalui garis pantatku. Aku melenguh pelan ketika batang yg panjang dan besar itu kembali memenuhi rongga memekku. Udin kembali menghunjam dengan gerakan yang berirama.

Aku kembali merintih rintih keenakan. Udin sangat liar. Tangannya tidak henti hentinya meremas sana sini. Buah dadaku di remas remas sesuka hatinya. Kadang dia mengisap leherku dari samping, kadang menggigit pundakku.

Aku serasa dilempar ke angkasa ..

Tak lama Udin menggeram, sepertinya dia hampir orgasme. Aku menoleh ke belakang hendak mengingatkan agar pejuhnya tidak dikeluarkan di dalam. Namun, Udin langsung melahap bibirku. Hmmph .., aku tidak bisa berbuat apa apa, lalu, crot, croott. Sperma hangat membasahi rongga rahimku.

Aku bersandar lemah ketika Udin perlahan mencabut kontolnya. Hanya sebentar, ya, tak sampai 10 menit Udin mengentot aku, tapi rasanya seluruh tubuhku terasa capek luar biasa. Mungkin karena setiap gerakan Udin dilakukan dengan penuh tenaga, sehingga tubuhku tersentak sentak tidak karuan.
Udin lalu menaikkan celananya. Lalu kembali memeluk leherku dan melumat bibirku dalam dalam. Cukup lama dia mengisap isap bibirku. Akhirnya, dia melepaskan lalu berbalik meninggalkan aku tanpa berkata apa apa.

Aku termangu sendiri di dapur. Braku masih tersingkap dan celana dalamku tergeletak begitu saja di lantai. Perlahan aku meraihnya lalu memakainya. BH ku kuperbaiki letaknya lalu menurunkan dasterku.


Tepat setelah itu terdengar suara gerbang dibuka. Surti dan Ijah sudah pulang ..

Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar